WARTAKATA.ID, MAKASSAR – Pemain barongsai di Kota Makassar kini tidak lagi didominasi oleh etnik Tionghoa, bahkan seorang muslim pun juga tertarik melakoninya.
Sekretaris Federasi Olahraga Barongsai (FOBI) Makassar, Syahril mengakui dahulu barongsai identik dengan budaya asal negeri tirai bambu, namun kini menjadi salah satu cabang olahraga (cabor).
Bahkan saat ini, kata Syahril atlet dari cabor barongsai di Kota Makassar 75 persen di dominasi oleh warga lokal atau non Tionghoa.
“Saat ini, atlet barongsai di makassar 75 persen non Tionghoa,” kata Syahril, saat ditemui di Tanjung Bira Bulukumba, Jumat (23/9).
Selama ditetapkannya sebagai cabor, Pelatih barongsai itu mengaku tidak pernah membatasi atlet hanya dimainkan oleh etnis Tionghoa saja, tetapi siapapun bisa memainkannya.
Meskipun, lanjut Syahril ada yang beranggapan barongsai adalah ritual ibadah padahal itu merupakan kegiatan yang masuk dalam salah satu cabang olahraga.
“Barongsai itu kegiatan olahraga, tidak ada ritual ibadahnya. Belakangan ini masyarakat Makassar sudah mulai memahaminya,” ungkapnya.
Menurut Syahril, melibatkan etnis non Tionghoa dalam atraksi barongsai sekaligus mendidiknya menjadi atlet sudah dilakukan sejak beberapa tahun ini.
Olehnya, Syahril bertekad akan mencari bibit atlet di sekolah-sekolah melalui program One Student One Sport yang telah dicanangkan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Makassar.
“Melalui One Student One Sport saya akan cari bibit atlet baru di sekolah. Siapa yang minat silahkan bergabung,” pungkasnya. (*)