WARTAKATA.ID, MAKASSAR — Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan kegiatan Seminar Umum Hasil Re-Inventarisasi Koleksi Museum di Museum La Galigo, Benteng Rotterdam, Makassar.
Kegiatan yang mengangkat tema “Museum Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan” ini dihadiri oleh jajaran pejabat dan staf Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulsel, para narasumber, serta mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Makassar.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Arafah, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam memajukan sektor kebudayaan, khususnya pengelolaan museum sebagai pusat edukasi publik.
“Tema yang kita usung hari ini sangat relevan dengan semangat zaman. Museum bukan hanya tempat menyimpan benda kuno atau peninggalan sejarah, tetapi juga ruang pengetahuan dan refleksi masa depan,” ujarnya, Rabu (15/10/2025).
Ia menegaskan bahwa Museum La Galigo merupakan saksi perjalanan panjang peradaban Sulawesi Selatan. Koleksinya mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja yang berakar pada kearifan lokal serta semangat maritim yang kuat. Melalui koleksi benda, dokumen sejarah, dan kisah leluhur, museum ini berperan penting dalam menghubungkan generasi masa kini dengan warisan masa lalu yang sarat makna.
Lebih lanjut, Muhammad Arafah menekankan pentingnya transformasi museum di era digital. Menurutnya, museum tidak boleh berhenti sebagai ruang fisik semata, tetapi juga harus hadir dalam ruang digital agar pengetahuan sejarah dapat diakses lebih luas oleh masyarakat, terutama generasi muda.
“Museum harus menjadi pusat pembelajaran publik yang adaptif dan interaktif. Dengan memanfaatkan teknologi, museum dapat menjangkau masyarakat lebih luas dan menjadikan sejarah sebagai bagian dari kehidupan modern,” jelasnya.
Kegiatan seminar umum ini juga memiliki dua makna strategis. Pertama, sebagai upaya meningkatkan literasi budaya dan sejarah di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa. Kedua, sebagai wadah kolaborasi antara akademisi, pelaku budaya, dan pengelola museum untuk merumuskan strategi baru dalam pengelolaan museum di era modern.
“Kami percaya, pemahaman yang baik terhadap sejarah dan kebudayaan lokal akan memperkuat identitas bangsa di tengah derasnya arus globalisasi. Generasi muda yang mengenal sejarahnya akan tumbuh menjadi generasi yang percaya diri, memiliki arah, dan mampu berkontribusi bagi kemajuan daerah serta bangsa,” ujar Arafah.
Ia juga mengajak para peserta, terutama mahasiswa, untuk menjadi “Duta Museum” yang aktif memperkenalkan dan mempopulerkan museum melalui karya, penelitian, serta media digital. “Mari kita ubah cara pandang bahwa museum bukan tempat yang membosankan, tetapi ruang hidup yang melahirkan kreativitas dan kebanggaan terhadap budaya,” tambahnya.
Di akhir sambutannya, Muhammad Arafah menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia penyelenggara, UPT Museum dan Taman Budaya, para narasumber, dan peserta seminar. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan kesadaran budaya serta memperkuat komitmen bersama untuk melestarikan warisan budaya bangsa.
Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan secara resmi membuka kegiatan Seminar Umum Edukasi Museum La Galigo Tahun 2025.
“Cintai budayamu, lestarikan jati dirimu,” tutupnya.