WARTAKATA.ID, MAKASSAR – Kecurangan Pemilu Legislatif kini berubah sedikit trendnya. Bila dulu ada jual beli dan saling curi suara antar partai kini kecurangan kerap muncul di internal partai.
Seperti kasus yang dialami oleh Calon Legislatif (Caleg) nomor urut 9 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dapil V Makassar meliputi Kecamatan Mamajang, Mariso dan Tamalate, Andi Imario Paruwisi.
Menurut Imario kursi terakhir dapil V Mamarita untuk PKB seharusnya dimenangkan oleh dirinya, dengan jumlah suara terbanyak di internal partainya.
Namun, adanya permainan dari partainya sendiri dengan tidak diperlihatkan data hasil C1 plano. Padahal Imario merupakan salah satu caleg dari PKB.
“Kami memang pernah diminta ke kantor DPC untuk melihat data rekapitulasi suara, tapi data yang diperlihatkan kepada kami adalah data yang sudah diolah. Bukan data resmi seperti foto C1 Plano di tingkat TPS,” ucap Imario, Minggu (18/3/2024).
Olehnya, Imario menduga adanya kecurangan dan permainan dari DPC PKB Makassar terkait ketidaksesuaian data pada proses tahapan rekapitulasi di internal partainya.
Aroma kecurangan tersebut juga makin dipertajam dengan adanya informasi dari beberapa partai lain yang telah memperlihatkan bahwa suara tertinggi internal PKB adalah dirinya berdasarkan data C1 dapil V.
“Semua menyatakan kalau suara saya tertinggi dari PKB, walaupun semuanya juga mengatakan kalau selisihnya tipis,” ungkapnya.
Dengan keyakinan dan memiliki data pembanding yang bisa dipertanggung jawabkan, Imario siap sengketakan hasil pileg ke sentra Gakkumdu Bawaslu Kota Makassar.
Bahkan, lanjut Imario dirinya telah berkoordinasi langsung ke DPP PKB terkait persoalan tersebut dan diminta memasukkan data terkait komplain itu.
Sebelumnya Imario mengatakan sudah mengambil langkah baik dengan untuk bertemu dengan Ketua DPC PKB Makassar Andi Fauzi Wawo tetapi tidak mendapat respon.
“Jadi yah makanya kami langsung berkoordinasi dan melaporkan ke DPP saja,” terangnya.
Imario menyebut ini bukan persoalan terpilih atau tidak, tetapi hak rakyat yang telah memberikan mandat, termasuk tim yang telah berjuang mengawal suara.
“Kami hanya ingin bagaimana hak atau suara rakyat yang dimandatkan kepada kami bisa kami terima secara jujur dan transparan. Tetapi kami sayangkan kenapa ada proses perubahan perolehan suara caleg bisa terjadi,” tutupnya.
(*)