Momen Hari Olahraga Nasional, Koni Makassar Kumjumgi Tiga Mantan Atlet yang Tengah Berjuang Melawan Sakit

WARTAKATA.ID, MAKASSAR – Hari masih pagi ketika jajaran pengurus KONI Kota Makassar dipimpin ketuanya, Ahmad Susanto mengunjungi tiga mantan atlet asal Makassar yang tengah berjuang melawan sakit di rumah masing-masing.

Mereka adalah Saharuddin Anhar, mantan atlet tinju, Rita Mudjiarto karateka nasional asal Makassar dan mantan atlet panahan peraih medali perak Olimpiade Seoul 1988 yang juga peraih medali pertama untuk Indonesia di ajang Olimpiade, Kusuma Wardani.

Empat buah mobil bergerak pelan. Ahmad Susanto mengendarai mobil jeep pribadinya berwarna hitam. Ia ditemani salah satu wakil ketua, Kusayyeng yang duduk di samping kanannya. Ada juga Mochtar Djuma. Bidang hukum yang duduk di samping sopir.

Rombongan meninggalkan kantor KONI di Jalan Kerung-kerung. Saat itu jarum jam menunjukan pukul 10.30 WITA, Sabtu pagi, 9 September 2023. Tepat di Hari Olahraga Nasional (Haornas).

Rombongan lainnya terbagi di tiga mobil berbeda. Masing-masing sekum Nur Taufik NT, wakil bendahara Wahyu Hidayat dan wakil ketua bidang Humas Fachruddin Palapa. Sementara Adriana Jamaluddin dan Rahmawati ikut pula dalam rombongan. Nama terakhir adalah mantan karateka asal Kota Makassar yang pernah mengharumkan nama Sulsel di sejumlah ajang nasional dan internasional.

Kunjungan pengurus KONI Kota Makassar kali ini bukan kunjungan biasa. Ahmad Susanto ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa perjuangan dan jasa para patriot olahraga yang pernah mengharumkan nama daerah di ajang nasional dan pernah mengibarkan merah putih di kancah internasional, patut untuk dihargai.

“Kami datang untuk memastikan bahwa setiap tetesan keringat demi mengharumkan nama daerah dan  bangsa akan terus dikenang sepanjang masa. Semoga mereka semua lekas sembuh dan terus bisa menginspirasi lahirnya prestasi prestasi baru dari generasi hari ini,” kata Ahmad Susanto.

Bagi Ahmad Susanto, kesempatan Haornas ini dijadikan sebagai momen untuk terus meningkatkan semangat dan sportivitas. Termasuk bagaimana memperhatikan atlet dan mantan atlet.

“Bapak walikota Makassar menitip pesan untuk memberi perhatian terhadap atlet dan mantan atlet yang telah menunjukkan dedikasinya untuk bangsa,” jelas Ahmad Susanto.

Ia menegaskan anjangsana yang dilakukan di moment Haornas ini merupakan bentuk komitmen KONI dan Pemerintah kota Makassar dalam memberi perhatian terhadap atlet dan mantan atlet berprestasi yang telah mengharumkan nama Makassar untuk Indonesia di kancah internasional.

Pada kesempatan itu Ahmad Susanto juga menyampaikan terima kasih dan hormat setinggi-tingginya bagi para atlet, pelatih, pengurus cabang olahraga. ‘’Juga kepada semua pihak yang telah berjuang bersama membangun dan memajukan olahraga Kota Makassar,’’ tukasnya.

Rumah pertama yang dikunjungi adalah Saharuddin Anhar. Ia raja kelas berat  di era 90-an hingga 2000-an. Ayah enam anak ini tengah berjuang melawan komplikasi penyakit  gula darah dan ginjal.

Duding sapaan mantan petinju berusia 53 tahun itu menghabiskan hari-harinya di rumah kontrakannya yang sangat sederhana bersama enam orang anaknya di Kompleks Kodam Lama Lorong 15, Borong, Kelurahan Bitowa, Kecamatan Manggala.

Semasa menjadi atlet, Dudding pernah mengukir sejumlah prestasi. Diantaranya meraih medali emas kelas berat di PON di Pekan Olahraga Nasional (PON) XV tahun 2000 di Surabaya. Juga pada level Sea Games, dan Asian Games.

Namun kondidis  Dudding dua tahun terakhir sungguh memprihatinkan. Ia tak lagi bisa bekerja.  Untuk berdiri ia harus dibantu. Apalagi untuk berjalan.  Dudding harus dipapah oleh anak-anaknya. Untuk menghidupi keluarganya, perannya terpaksa digantikan oleh Suriyati, sang istri yang harus bekerja serabutan agar dapurnya tetap mengepul.

Usai mengunjungi sang juara Sarung Tinju Emas  (STE) 2000, 2001, Kejurnas Tinju Senior 2001 itu, Ahmad Susanto melanjutkan lawatannya ke rumah Kusuma Wardani di Jl.Todupuli 22, Kecamatan Panakkukang.

Dibanding Dudding, kondisi Kusuma Wardani lebih memprihatinkan. Ibu anak satu putri ini tak lagi bisa berjalan. Atlet panahan peraih medali perak Olimpiade XXIV Seoul 1988 itu kini hanya bisa duduk di kursi roda karena stroke akibat penyumbatan pembuluh darah yang dideritanya.

Sebelumnya Wanita kelahiran 20 Februari 1964 itu sempat  mendapat perawatan selama beberapa hari di Ruangan ICU Rumah Sakit (RS) Hermina Makassar, Sulawesi Selatan.

Kusuma Wardani  pernah mengharumkam nama Indonesia di Olimpiade. Bersama Lilis Handayani dan Nurfitriyana,  Kusuma Wardani sukses membawa pulang medali perak di ajang tersebut di nomor beregu putri.

Trio Srikandi ini tercatat menjadi penyumbang medali pertama bagi Kontingen Merah Putih di ajang pesta olahraga empat tahunan terbesar di dunia. Kisah suksesnya di Olimpiade diabadaikan dalam sebuah film layar lebar berjudul Toga Srikandi. Setelah 35 tahun berselang, Kusuma Wardani harus berjuang melawan sakit.

Olympian berusia 59 tahun itu menyambut Ahmad Susanto di ruang tamunya.  Ia ditemani putri semata wayangnya, Amanda Fajriana  yang juga menekuni olahraga panahan. Meneruskan bakat ibunya dan mendiang ayahnya, Adam Adjidji. Juga seorang atlet dan pelatih panahan.

Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Kusuma Wardani. ‘’Ibu susah ngomong. Kadang juga sudah lupa dengan orang yang datang. Apalagi kalau sudah lama tidak ketemu,” ujar Amanda.

Semasa aktif sebagai atlet, Kusuma Wardani menorehkan ratusan prestasi. Lokal, nasional dan internasional. Itu dibuktikan dengan ratusan medali yang menghiasi ruang tamunya. Medali tersebut berjejer rapi. Disusun dalam sebuah lemari kaca.

Juga foto-fotonya saat meraih prestasi di dalam dan luar negeri. Terpajang rapi di dinding ruang tamu bercat putih. Salah satunya, foto saat trio Srikandi Indonesia itu menerima pengalungan medali Olimpiade, 35 tahun silam.

Rita, Karateka Putri Spesialis Kumite

Dari rumah Kusuma Wardani, Ahmad Susanto melanjutkan kunjungannya ke rumah Rita Mudjiarto di Jl. Baji Nyawa. Rita merupakan karateka putri spesialis kumite. Prestasi juga cukup mentereng. Baik di level nasional dan internasional.

Rita, mengalami stroke di bagian kiri badannya. Untuk berjalan ia harus dibantu dengan tongkat.

Ahmad Susanto mengatakan Saharuddin, Kusuma, dan Rita merupakan legenda olahraga yang telah berjuang dan menunjukkan prestasinya untuk Makassar dan Indonesia.

“Kusuma Wardani adalah legenda olahraga. Atlet pertama yang mengibarkan merah putih di olimpiade tepatnya di Olimpiade Seoul, Korea Selatan 1988,” jelas Ahmad Susanto.

Begitu juga Saharuddin Anhar. Selain meraih medali emas PON 2000, pria yang berusia 53 tahun ini juga pernah meraih prestasi di Sea Games dan mewakili Indonesia di Asian Games.

‘’Dedikasi dan prestasi tiga atlet ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi atlet-atlet muda Makassar agar bisa meraih prestasi serupa di masa mendatang,” kata tegas Ahmad Susanto yang berharap motto Pekan Olahraga Kota (Porkot) VIII Makassar 2023 ‘Cetak Juara, Makassar Untuk Indonesia’ akan terwujud di masa yang akan datang seperti yang telah dilakukan oleh Kusuma Wardani dan kawan-kawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *